Soal :
1.
Menurut pandangan sejarah bahwa
alam di katakan berpengaruh terhadap ajaran Agama Hindu. Buktikan !.
2.
Konsep dan pandangan Hindu
terhadap Tuhan dikatakan bersifat unik dan sangat berbeda dengan agama lain.
Coba jelaskan konsep Tuhan dalam Agama Hindu di lihat dari sudut sejarahnya !.
3.
Menurut sejarah, suku bangsa
dravida selalu bermusuhan dengan suku bangsa Arya, coba jelaskan mengapa
demikian !.
4.
Coba bandingkan dari segi
kualitas, antara bangsa Dravida dan Bangsa Arya manakah yang lebih unggul ?
jelaskan !.
Jawab :
1. Menurut
sejarah, Alam dikatakan berpengaruh terhadap ajaran Agama Hindu, karena sungai
dan gunung memiliki peran yang sangat penting dalam melangsungkan kehidupan
bagi umat Hindu. Dan bagi umat Hindu gunung (puncak Gunung Himalaya) merupakan
tempat berstananya Dewa Siwa. Dapat kita lihat juga pada kehidupan sekarang, kebanyakan
didirikan di daerah pegunungan atau
perbukitan karena gunung merupakan tempat para dewa. Sungai yang terdapat di
India khususnya sungai gangga dikatakan dapat menghapuskan dosa-dosa manusia
yang telah mandi di sana. Di sungai Gangga juga kerap di jadikan tempat untuk
menghanyutkan abu pembakaran jenazah, sehingga dosa-dosa orang yang telah meninggal
dunia tersebut dapat dihanyutkan. Dapat juga kita lihat pada jaman sekarang ini
air sanagt di perlukan dalam prosesi upacara agama, yaitu sebagai tirta.
Umat Hindu sangat erat kaitannya dengan
upacara keagamaan. Dari upacara itu di butuhkan berbagai sarana yang tidak
luput dari alam, seperti : janur, daun kelapa, buah kelapa, bambu, tebu pisang
dan lain-lain.
2. Konsep
dan pandangan Hindu terhadap Tuhan dikatakan bersifat unik dan sangat berbeda
dengan agama lain. Konsep Tuhan dalam
Agama Hindu dilihat dari sudut sejarahnya yaitu sebagai berikut : di
banndingkan dengan agama lain, Agama Hindu memuja Tuhan dilakukan dengan
berbagai cara, pada kepercayaan bangsa Dravida di jaman Praweda, mereka
menggunakan lingga untuk memuja Siwa. Dan mengadakan ritual agni hotra dalam
melangsungkan upacara. Agama Hindu memuja Tuhan dengan banyak sebutan seperti
dewa dan dewi. Perwujudan dewa dan dewi di gambarkan dalam bentuk patung /
lukisan. Dimana pada jaman Praweda, dewi
digambarkan dalam patung yang berbentuk wanita dengan susu, pinggul, dan mulut
besar serta berbadan gemuk yang melambangkan kesuburan.
Namun jaman
sekarang hal tersebut telah di sesuaikan dengan penggambaran dewa / dewi itu
sendiri. Seperti contohnya dewi Saraswati yang saat ini di gambarkan dalam
bentuk patung / lukisan sebagai dewi yang cantik, bertangan empat, berkulit
putih, hidung mancung, bibir kecil, berbadan sempurna layaknya gitar spanyol. Serta membawa wina,
lontar, genitri dan bungan teratai. Berdiri diatas bunga terataiyang sedang mekar
dan sebagai kendaraannya adalah seekor angsa putih. Hal ini bertujuan agar
pemusatan pikiran saat mengadakan persembahyangan lebih khusyuk. Dari segi
sarana upacara, sejak jaman praweda Agama Hindu sudah mengenal upakara. Walau
masih sangat sederhana namun di jaman brahmana sudah mulai mengalami
perkembangan, yaitu agni hotra sudah tidak menjadi satu-satunya cara
melangsungkan upacra. Sudah mulai mengenal janur dan daun kelapa untuk tempat (tatakan) upacara. sudah mulai ada
tingkatan-tingkatan dalam upacara, yaitu : nista, madya, utrama. Dewa yang di
pujapun mulai beralih fungsi. Sebagai contoh dewa Maruan yang pada jaman Weda
sebagai dewa penguasa alam semesta, tapi pada jaman brahmna sebagai penguasa
air. Bahkan belakangan hanya sebagai penguasa laut. Akan tetapi hal tersebut
tetap tertuju pada diri kita masing-masing. Bagaimana kita menerima hal
tersebut sebagai umat tertua di dunia, agama Hindu tetaplah agama yang sebagai
wadah umatnya untuk mencapai moksa.baik dengan upacara sesuai jaman Weda atau jaman
Brahmana.
Konsep
pemujaan Tuhan yang berbeda dengan agama lain ini bukan semata untuk menikmati
faktor keunikan tapi nilai kesakralan dan budaya yang tumbuh dan berkembang
selalu terkandung didalam prosesi upacara untuk memuja Tuhan. Baik upacara
besar ataupun kecil agama hindu mengenal pemimpin upacara yang bisa disebut
pendeta. Hal ini sudah ada sejak jaman Brahmana. Dimana untuk upacara yang
besar dibutuhkan pendeta untuk memuput
upacara dan untuk upacara yang lebih kecil oarang yang dituaka dikeluarganya
dapat memimpin upacara tersebut. faktor unik, bernilai sakral dan berdasarkan
budaya inilah yang kerap kali mengundang perhatian wisatawan asing untuk
belajar lebih dalam tentang konsep Tuhan dalam ajaran Agama Hindu.
Perbedaan
konsep Tuhan dalam Agama Hindu dengan Agama yang lain yang memuja tuhan hanya
dengan stu cara seperti duduk memohon atau bernyani saja itu sebenarnya
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memuja Tuhan guna memohon keselamatan.
3. Menurut
sejarah, suku bangsa Dravida selalu bermusuhan dengan suku bangsa Arya karena hal
tersebut terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
a) Kedatangan
bangsa Arya ke India dianggap sebagai penjajah karena mereka datang dengan
banyak orang (membawa serta keluarganya), sehingga saat sampai di India bangsa
Arya tidak mau bergaul (bermasyarakat) dengan penduduk lainnya. Karena sikap
bangsa Arya tersebut bangsa Dravidapun menyerang bangsa Arya sehingga bangsa
Dravida disebut Dasyu (musuh) oleh bangsa Arya.
b) Penyerangan
bangsa Arya oleh Bangsa Dravida berujung malang, bangsa Dravida kalah karena
mereka kurang memiliki kemampuan dalam bidang peperangan. Maklum saja karena
kegiatan mereka sehari-hari hanya bertani, itu untuk memenuhi kebutuhan harian
mereka. Kekalahan tersebut membawa bangsa Dravida menjadi budak bangsa Arya.
Karena itu bangsa Dravida di sebut Dasa (budak) oleh bangsa Dravida. Namun tidak
semua bangsa Dravida mau menjadi budak bangsa Arya, ada beberapa yang melarikan
diri.
c) Setelah
peperangan itu bangsa Arya mulai mempelajari cara bertani / bercocok tanam dan
sudah mulai hidup menetap. Tidak seperti sebelumnya, bangsa Arya selalu
berpindah-pindah dan berburu untuk melangsungkan hidupnya. Bangsa Arya mulai
membuka hutan sebagai ladang pertanian. Menebang pohon tanpa memilih, hal
tersebut berakibat fatal sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
Akhirnya bangsa Arya dan bangsa Dravida pergi ke utara dan saling menyadarkan
satu sama lain. Akhirnya terjadilah pencampuran di Lembah Sungai Gangga, dan
lahirlah Agama Hindu terbesar di India Utara, wilayah pegunungan Himalaya.
Bangsa Arya sebenarnya masih enggan dikelompokkan
dengan bangsa Dravida, sehingga mereka berusaha menjadi suku yang unggul dengan
cara menguasai weda dan mewajibkan ketiurunannya untuk melakukan catur Asrama.
Dari sinilah lahir pengelompokkan masyarakat yang pada tahap pertama hanya di
kelompokkan menjadi tiga, yaitu : Pendeta, Bhagawan dan orang kebanyakan.
Pada tahap ke dua, perubahan tahap
pertama, yaitu : Brahmana, Ksatria, Weisya.
Dan pada tahap terakhir di kelompokkan
menjadi dua, yaitu : Dwijati ( orang-orang yang di kelompokkan bersal dari
darah Arya : Brahmana, Ksatria dan Weisya), dan Ekajati (orang-orang yang
bersal dari darah Dravida : Sudra).
4. Bangsa
yang lebih unggul dari segi kualitas adalah bangsa Arya, karena bangsa Arya memiliki
pengalaman hidup yang lebih banyak (beragam). Salah satunya adalah selalu
berpindah-pindah tempat, sehingga dapat mempelajari bagaimana kebiasaan orang
di desa setempat, merupakan pemburu yang handal dan memiliki keterampilan dalam
berperang. Bangsa Arya dikenal sebagai bangsa yang cerdas. Dan di dukung oleh
fisik yang bisa di katakan sangat bagus di bandingkan dengan Bangsa Dravida. Perbandingan
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Perbandingan
|
Bangsa
Arya
|
Bangsa
Dravida
|
1
|
Kulit
|
Putih
|
Hitam
|
2
|
Tubuh
|
Tinggi,
Besar
|
Pendek,
Kecil
|
3
|
Hidung
|
Mancung
|
Pesek
|
4
|
Rambut
|
Lurus
|
Keriting
|
5
|
Kemampuan
|
Lebih
memiliki kemampuan
|
Kurang
memiliki kemampuan
|
Dari perbandingan tersebut tampak bangsa Dravida
terlampau jauh dibangkan Bangsa Arya. Bukan hanya itu, di bidang pengetahuan
Bangsa Dravida masih tertinggal oleh Bangsa Arya. Namun Bangsa Arya terlihat
sedikit ceroboh, karena tidak berfikir akan akibat dari perbuatan mereka.
Sebagai contoh Bangsa Arya mulai mempelajari sistem pertanian, dan mulai
membuka hutan untuk lahan pertanian. Hal tersebut berakibat fatal dan
menimbulkan bencana bagi Bangsa Arya dan Bangsa Dravida. Dalam sistem kepercayaan Bangsa Dravida
bernilai tinggi namun kehidupan keagaannya masih sederhana dan awalnya sempat
ditolak oleh Bangsa Arya. Hingga akhirnya Bangsa Arya memodif sistem
kepercayaan sendiri dan kehidupan keagamaannya lebih rumit dari Bangsa Dravida.
Hingga muncul kitab Brahmana dimana Bangsa Arya
selalu ingin tampil lebih unggul dari Bangsa Dravida, dengan cara mempelajari weda dan mewajibkan keturunannya
untuk melaksanakan Catur Asrama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar