BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia
tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, tidak
mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai harapan
yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu
seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang MahaEsa. Agar harapannya terwujud, maka selain berusaha dengan sungguh-sungguh,
manusia tak lepas atau tidak boleh bosan berdoa. Hal ini disebabkan karena
antara harapan dan kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan
itu adalah bagian dari hidup manusia Berhasil atau tidaknya suatu harapan
tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri.
Harapan berasal dari
kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan
berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan kita. Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak
bisa hidup menggantung semata pada harapan. Adalah baik untuk berharap yang
terbaik. Tetapi hal itu tidak cukup. Kita tidak bisa hanya berharap - kita
harus bertindak.Sangat menyedihkan, bahwa banyak hal digantung berlebihan pada
harapan - demi perbaikan nasib. Berharap yang terbaik belum menghasilkan
apa-apa. Bekerja dan bertindak - disertai dengan harapan di dalam hati - adalah
hal yang membawa hasil. Kombinasi yang sempurna. Harapan tidak akan
mengecewakan - selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen. Harapan
tidak bisa mengganti tindakan. Kerjakan apa yang harus dikerjakan - ada atau
tidak ada harapan. Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang
memungkinkan harapan itu terwujud.
Mulai hari baru anda dengan harapan,
dan sambung dengan kerja dan karya. Biarkan harapan menginspirasikan anda,
ketimbang membuai anda. Harapkan yang terbaik, dan bayar setiap ongkosnya.
Harapan bergantung pada anda. Hidup adalah kemewahan, hidup adalah kegembiraan
- sekalipun di hari terburuk. Kenyataan bahwa anda saat ini hidup sehingga bisa
membuat keputusan, bisa melaksanakannya, dan mampu membuat perbedaan - jauh
lebih berharga ketimbang segala kesulitan dan kekecewaan yang mungkin
menghadang.
Saat dunia gelap - hidup adalah alasan mengapa anda harus
menjadi cahaya.
Kualitas hidup anda tidak tergantung pada apa
yang anda temui, tetapi pada seperti apa anda setelah melewati segala
tantangan. Hari ini adalah hari istimewa - karena anda diperbolehkan masuk ke
hari ini. Ada kesempatan untuk tumbuh - dan mencapai cita-cita anda ke segala
arah. Bila orang di sekitar anda pencemooh dan pendengki - anda punya
kesempatan untuk membuat - bahwa KARENA ANDA – lingkungan anda bisa berubah ke
arah lebih baik. Tantangan kesulitan yang ada di depan anda menyembunyikan
harta karun nyata yang menunggu untuk digali.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang masaalah tersebut, maka dirumuskan beberapa masalah yang
berkaitan dengan manusia dan harapan, adalah sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian harapan ?
2. Apakah
hubungan manusia dengan harapan ?
3. Apakah
sebab manusia memiliki harapan ?
4. Bagaimana
usaha manusia untuk mencapai harapan ?
5. Apakah
perbedaan harapan dengan cita-cita ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalaah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat
menjelaskan pengertian dari manusia dan harapan
2. Dapat
mengetahui hubungan manusia dengan harapan
3. Dapat
mengetahui penyebab manusia memiliki harapan
4. Dapat
mengetahui bagaimana usaha manusia untuk mencapai harapannya
5. Dapan
menjelaskan perbedaan harapan dan cita-cita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HARAPAN
Harapan atau asa adalah
bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau
suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya
harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang,
dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu
pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat
menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif"
yang merupakan salah satu cara terapi / proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran
negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain
"harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki
dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut
menjadi nyata sangatlah kecil.
Harapan berasal dari kata harap, artinya supaya sesuatu
terjadiatau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan
itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang
yang datangnya merupakan karunia Tuhan, yang sifatnya terpatri dan sukar
dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan
berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan
kepadadiri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Tuhan.
Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin dengan harapandi dalam ujian
semester memperoleh nilai “A”. Hal itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan
terwujud apa yang diharapkan. Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai
usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Tetapi meskipun sudah berusaha keras,
kadang-kadang harapan itu belum tebtu terwujud. Selama masih hidup, semua orang
selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang yang gagal dalam meraih apa
yang diharapkan akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam hidupnya.
Ketidak seimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk
yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa,
selalu termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknya kegagalan yang diperolehnya
itu dianggap sebagai pengalaman, sehingga dirinya sadar untuk berusaha
memperbaiki lebih lanjut. Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya,
baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh
norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya,
misalnya: faktor lingkungan sosial,
ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya
diri, dan kurang pendidikan mental. Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang.
2.2 Hubungan Manusia dan Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia
merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu
terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, menusia melibatkan
manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain
hasil usahanya yang telah dilakukan atau ditunggu hasilnya. Jadi, yang
diharapkan itu adalah hasil jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lain.
Bahkan harapan itu tidak bersifat egosentris, berbeda dengan keinginan yang
menurut kodratnya bersifat egosentris, usahanya ialah memiliki (Gabriel Marcel,
1889-1973). Harapan tertuju kepada “Engkau”, sedangkan keinginan kepada „Aku”.
Harapan ditujukan kepada orang lain atau kepada Tuhan. Keinginan itu untuk
kepentingan dirinya, meskipun pemenuhan keinginan itu melalui pemenuhan
keinginan orang lain. Misalnya melakukan perbuatan sedekah kepada orang lain : orang
lain terpenuhi keinginannya, yaitu kebahagian sewaktu berbuat baik kepada orang
lain. Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan harapan pesimistis (tipis
harapan). Harapan yang optimis artinya sesuatu yang akan terjadi itu sudah
memberikan tanda-tanda yang dapat dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu
yang akan terjadi bakal muncul. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda
rasional tidak bakal terjadi. Harapan itu ada karena manusia hidup. Manusia
hidup penuh dengan dinamikanya, penuh dengan keinginannya atau kemauannya.
Harapan untuk setiap orang berbeda-beda kadarnya. Orang yang wawasan pikirannya
luas, harapannya pun akan luas.
Demikian pula orang yang wawasan
pikirannya sempit, maka akan sempit pula harapannya. Besar-kecilnya harapan
sebenarnya tidak ditentukan oleh luas atau kurangnya wawasan berpikir
seseorang, tetapi kepribadian seseorang dapat menentukan dan mengontrol jenis,
macam, dan besar-kecilnya harapan tersebut. Bila kepribadian seseorang kuat, jenis
dan besarnya harapan akan berbeda dengan orang yang kepribadiannya lemah.
Kepribadian yang kuat akan mengontrol harapan seefektif dan seefisien mungkin
sehingga tidak merugikan bagi dirinya tau bagi orang lain, untuk masa kini atau
untuk masa depan, bagi masa di dunia atau masa di akherat kelak. Harapan seseorang
juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang
bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan
yangbesar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam,
yaitu berdoa.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang.
Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di
wujudkan hal–hal sebagai berikut:
a. Harapan apa yang baik
b. Bagaimana mencapai harapan itu.
c.
Bagaimana bila harapan itu tidak
tercapai. Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja
namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup di
kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan
kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih
baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya
menjadi kenyataan.
2.3 SEBAB – SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI
HARAPAN
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan
hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan
berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang
mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan
dorongan kebutuhan hidup
Ada
2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :
1.
Dorongan Kodrat
Kodrat
ialah sifat, keadaan, atau pcmbawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri
manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira,
berpikir, berjalan,
berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan
untuk itu semua. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau
harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya
orang yang menonton pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga
mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak
tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka. Kodrat juga
terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu
makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat
binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara
kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budhi ialah
akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab
bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang
dipilihnya. Dengan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bcrsama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2.
Dorongan Kebutuhan Hidup
Sudah
kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan
hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmaniah misalnya : makan, minum, pakaian, rumah.
(sandang, pangan,dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk
memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini
disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah
maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu
adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.4
MACAM-MACAM HARAPAN
Menurut Abraham Maslow
sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan
manusia itu ialah :
manusia itu ialah :
a). Kelangsungan
hidup
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang,
pangan dan papan (tempat tinggal).
Kebutuhan kelangsungan hidup ini
terlihat sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu
lahir di bumi menangis, ia telah
mengharapkan diberi makan/ minum. Kebutuhan akan
makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan
perkembangan hidup manusia
Sandang, semula hanya berupa
perlindungan/keamanan, untuk melindungi dirinya
dari cuaca. Tetapi dalam perkembangan
hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan
kemanan, tetapi lebih cenderung kepada
kebutuhan lain.
Papan yang dimaksud adalah tempat tinggal
atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia,
karena rumah itu sebagai tempat berlindung, dari
panas, gelap, dan sebagainya.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang,
dan papan itu, maka manusia sejak kecil
telah mulai belajar. Dengan pengetahuan
yang tinggi harapan memperolleh pangan,
sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi. Atau tiap
manusia perlu kerja keras dengan harapan apa yang
diinginkan : pangan, sandang dan papan yang
layak terpenuhi.
b). Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah
membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu
pertanda minta perlindungan. Setelah agak besar, setiap anak
menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh ibunya.
Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa
aman tidak harus diwujudkan dengan
perlindungan yang nampak, secara moralpun orang lain dapat memberi
rasa aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara
memperoleh kemanan moril bagi
pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya,
keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah
memberikan keamanan yang diharapkan.
c). Hak
dan kewajiban mencintai dan dicintai
Setiap
orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula
kesadaran akan hak dan kewajiban. Karenaitu tidak jarang anak-anak remaja
mengatakan kepada ayah atau ibu. “Ibu ini kok menganggap Reny masih keeil saja,
semua diatur!” ltu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran
akan hak dan kewajibannya.
Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga
sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai. Pada saat seperti
ini remaja banyak mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaannya. Pada usia itu,
biasanya terjadi konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab
umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai
dengan alamnya.
d). Status
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa
manusia hidup. Status keberadaannya, status dalam keluarga, status dalam
masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting, karena dengan status
orang tahu siapa dia Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu.
misal : seorang ayah mencuri ayam milik tetangga, dan ditangkap oleh pihak yang
berwenang, tentu saja tempat pencurian ayam itu menjadi geger. Dan jika anak
dari tersangka tersebut bermain kerumah tetangga, pasti terdengar kata-kata
yang tidak sedap.
e). Perwujudan
cita-cita
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya
atau kepangakatannya/profesinya. Pada saar itu manusia
mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui
kehebatannya. Mewujudkan cita-cita tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Namun membutuhkan proses yang panjang dan disiplin adalah hal yang penting
dalam proses tersebut. Sejak masa kanak-kanak, kita telah dikenalkan dalam
dunia pendidikan, dan terus berlanjut sesuai tahap pendidikan. Kesenangan kita
melakukan sesuatu atau senang akan suatu mata pelajaran tidak boleh dipaksakan
oleh kehendak orang tua.
Manusia lahir sudah di lengkapi dengan bakatnya
masing-masing, orang tua hanya perlu membantu mengasah dan mendukung bakat buah
hatinya. Dari sanalah cita-cita kecil kita mulai terbentuk. Selalu berusaha
dengan tekun, berusaha memberi yang terbaik di setiap penampilan dan
berprestasi dibidang yang kita sukai, dukungan dari orang tua dan jangan sampai
lupa dibarengengi dengan doa adalah jalan yang harus kita lalui demi
tercapainya cita-cita.
2.5 BERBAGAI
CARA UNTUK MENCAPAI HARAPAN
1.
Percaya diri dan Optimis
Sebelum
kita melakukan sesuatu ( untuk mencapai harapan ), kita harus percaya diri dan
optimis. Maksudnya kita harus percaya pada kemampuan yang ada pada diri kita
dan kita harus berfikir positif serta yakin bahwa harapan itu pasti tercapai.
Kita tidak boleh berfikir pesimis dan takut mengambil resiko. Karena hal
tersebut bisa menghambat kita untuk Mencapai sebuah Harapan.
2.
Berusaha dengan sungguh-sungguh
Untuk mencapai sebuah harapan kita
tidak bisa hanya tinggal diam. Oleh karena itu kita diharuskan berusaha dengan
sungguh-sungguh, maksudnya kita harus bekerja dengan ikhlas, bekerja keras
dengan sepenuh tenaga, dan bekerja dengan sebaik mungkin. Jangan sampai kita
bekerja dengan ceroboh atau sembarangan, karena itu tidak akan membuahkan
hasil.
3. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Esa
Setelah kita melakukan usaha dengan
sebaik mungkin, kita tidak boleh menyudahinya sampai disitu saja. Kita lanjutkan
dengan berdoa pada Tuhan. Sebab Tuhan akan mengabulkan permintaan hamba-Nya
jika hamban-Nya mau berdoa. Selain itu, kita bisa juga mendampingi hal-hal
diatas dengan berpunia.
Dengan berpunia kita bukan mengurangi
harta kita, tapi malah menambahnya karena Tuhan akan membalasnya dengan
berlipat-lipat. Saat kita berpunia, kita boleh sambil berdoa dan berharap agar
harapan kita tercapai. Setelah kita sudah melakukan hal- hal diatas tapi
harapan kita masih belum tercapai juga, kita harus tetap sabar, tidak cepat
menyerah dan tidak putus asa. Kita harus terus berusaha dan berusaha lagi agar
harapan kita tercapai. Harapan harus berdasarkan kepercayaan,
baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh–sungguh,
berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.
2.6 PERBEDAAN DAN
PERSAMAAN HARAPAN DENGAN
CITA – CITA
Cita-cita
menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan
tanpa sikap hidup.
Cita-cita
itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita
yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu
sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Sesuatu bisa disebut
dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang
dianggap cita-cita itu.
Jadi
perbedaan harapan dengan cita – cita adalah Cita-cita merupakan sesuatu
yang diinginkan (berharap) tapi belum tercapai, sedangkan Harapan adalah
keinginan supaya sesuatu terjadi.
Harapan
dan Cita-Cita. Cita-cita merupakan Impian yang disertai dengan tindakan danjuga
di berikan batas waktu. Jadi jika kita bermimpi untuk menjadi seorang yang
sukses, dokter, insinyur, arsitek, manager suatu perusahaan, atau mungkin
presiden, kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Semua itu harus di sertai
dengan tindakan, bukan hanya berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan
target waktu sehingga kita punya timeline
kapan hal tersebut bisa diwujudkan. Dari kecil kita pasti dinasehati oleh
orangtua, guru ataupun bukuuntuk menggantungkan cita-cita setinggi langit.
Semua itu memangbenar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam hidup
akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang
lebih baik di dunia. Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang dapat dicapai
melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain dan sebagainya.
Khayalan
hasil melamun cenderung tidak logis karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal
yang tidak-tidak. Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan terlalu mendetail dan
fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika tidak tercapai. Contoh
adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter. Ketika dia tidak masuk
jurusan IPA dia stress, lalu gagal tes masuk jurusan kedokteran dia stress, dan
seterusnya. Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika tidak bisa menentukan
cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang yang berguna dan dicintai
orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam
mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau
melihat film motivasi hidup.
Bila di bandingkan
dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk,
sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan
cita-cita terdapat persamaan, yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena
belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan
hal yang lebih baik atau meningkat.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan
supayasesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud.Kata
orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang matisebelum waktunya. Bisa
jadi, karena harapan adalah sesuatu yanghendak kita raih dan terpampang di
muka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan
ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa
harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan. Maka bila manusia yang hidup tanpa
harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di
mulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah kecenderungan batin untuk membuat
sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya,
harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk
meraih sesuatu yang lebih baik. Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita
kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalan
keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap
menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan.
Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada
realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif. Ada dua hal yang mendorong
manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup. Dalam setiap harapan juga terdapat yang namanya kepercayaan,
baik itu percaya terhadap diri sendiri, orang lain, pemerintah, atau Tuhan,
karena kepercayaan dapat membantu kita untuk mewujudkan apa yang kita inginkan.
Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau bekerja
kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar.
Untuk memperoleh harapan yangbesar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya
disertai dengan unsur dalam, yaitu berdoa.
Harapan merupakan suatu kondisi
dimana seseorang akan melakukan apapun untuk mencapai tujuan semaksimal
mungkin. Setiap individu memiliki harapannya masing–masing terhadap
kelangsungan hidup mereka.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu harapan sangatlah beragam. Misalnya
bekerja keras, memohon dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
Ada berbagai macam harapan yang ada, namun tidak semua harapan dapat tercapai
dengan mudah. Butuh kerja keras untuk mencapai harapan tersebut.
3.2 SARAN
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya
mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut.
Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidupkita menjadi lebih
berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap melakukan
dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.Selain itu kita juga harus
berpedoman terhadap kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan usaha dan doa yang seimbang, diharapkan kita
dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma
masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk
mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga
tidak membuat kita putus asa untuk terus mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar